Guru Cerdas Menulis
Oleh:
Adelbertus, S.Pd.
Apa
yang anda bayangkan ketika mendengar kata menulis?
menulis dapat didefinisikan sebagai kegiatan penyampaian pesan (komunikasi)
dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Pesan adalah isi
atau muatan yang terkandung dalam suatu tulisan. Tulisan merupakan sebuah simbol
atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati pemakaiannya. Dengan
demikian, dalam komunikasi paling tidak terdapat empat unsur yang terliba yaitu
penulis sebagai penyampai pesan, pesan atau isi tulisan, saluran atau media berupa tulisan , dan pembaca
sebagai penerima pesan.
Menulis
sendiri bukan suatu hal yang asing bagi kita. Artikel, esai, laporan, resensi,
karya sastra, buku, komik, dan cerita adalah contoh bentuk dan prodak bahasa
tulis yang akrab dengan kehidupan kita. Tulisan-tulisan itu menyajikan secara
runtut dan menarik ide, gagasan, dan perasaan penulis. Menulis sendiri
mempunyai beberapa manfaat, bahkan banyak sekali manfaatnya yang dapat kita
petik dari menulis misalnya, meningkatkan kecerdasan intelegtual atau
emosional, pengembangan daya inisiatif dan kreatifitas, menumbuhkan keberanian,
dan pendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.
Menurut
Graves (1978), seseorang engan menulis karena tidak tahu untuk apa dia menulis,
merasa tidak berbakat menulis, dan merasa tidak tahu bagaimana harus menulis.
Ketidaksukaan tidak lepas dari pengaruh lingkungan keluarga dan masyarakat,
serta pengalaman pembelajaran menulis atau mengarang di sekolah yang kurang
motivasi dan merangsang minat.
Motivasi
berati dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar
untuk melakukan suatu tidakan dengan tujuan tertentu. Sesuai dengan itu, berate
motivasi dibagi menjadi dua macam, yaitu motivasi internal dan motivasi
eksternal. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:930).
Motivasi
internal adalah motivasi yang merupakan dorongan dari diri seseorang atau
individu. Dalam konteks guru, misalnya, seorang guru menulis karya tulis yang
dihasilkannya hanya demi mencurahkan ide, gagasan, atau aspirasinya kepada
orang lain melalui karya tulisnya tersebut, dan bahkan mengetahui, mencoba
memberikan tanggapan dan dapat mengambil manfaat dari yang telah di tulisnya.
Sedangkan motivasi eksternal adalah motivasi yang merupakan dorongan dari luar
diri seseorang atau individu. Selain demi mencurahkan ide, ada pula guru yang
senang menulis karena ia lebih terdorong mencari pengalaman, serta hadiah lomba
yang cukup mengiur.
Hanya kita perlu
mengingat-ingat, bahwa menulis itu kan soal latihan. Artinya jika guru sering
berlatihtentunya kualitas tulisan akan dengan sendirinya terbentuk. Karena
dengan latihan, latihan, dan latihan kita menjadi terbiasa, setelah menjadi
terbiasa kita akan menjadi bisa, setelah bisa kita tentunya akan menjadi luar
biasa dan setelah luar biasa kita menulis akan menjadi biasa-biasa saja kita
menulis.
Sebaliknya, jika kemampuan guru
dalam menulis tidak pernah dilatih dan dibiasakan, bisa jadi guru akan cendrung
kesulitan menuangkan ide-ide yang dimiliki dalam bentuk tulisan. Meskipun
dirinya memiliki materi dan bahan yang cukup, tetapi karena jarang dilatih maka
guru tidak akan bisa menulis karya ilmiah popular, artikel, maupun bahan ajar.
Sudaryanto
dalam bukunya mengemukakan beberapa cara guna mengatasi hal tersebut di
atas, kiranya langkah-langkah berikut ini bisa dilakukan. Pertama, pemberian reward and punishment oleh pihak sekolah
kepada guru yang suka menulis misalnya sebuah buku atau sertifikan dan tidak
suka menulis. Kedua, membentuk forum atau kelompok studi para guru yang
mencintai budaya literasi (membaca, menulis, dan berdiskusi). Ketiga,
mengurangi jam mengajar guru, terutama bagi guru yang memiliki komitmen tinggi
terhadap menulis. Keempat, mengundang para penulis, sesame guru untuk berbagi
pengalaman menulisnya disekolah. Kelima, pengiriman guru-guru untuk
belajar dilembaga pendidikan keterampilan (LPK), khususnya di bidang
kepenulisan. Keenam. Peningkatan sarana dan prasarana (computer, buku-buku
diperpustakaan, langganan Koran dan majalah) di sekolah.
Dengan langkah-langkah di atas,
sekiranya seorang guru akan merasa terpanggil untuk menulis, karena menulis
merupakan sati di antara bagian profesionalisme guru. Bahkan tidak sedikit
orang memiliki karier, ia optimis dikarenkan dirinya rajin membaca dan menulis.
Masalah waktu. Aktivitas
menulis, jujur kita akui membutuhkan waktu yang khusus. Adanya aturan bahwa
guru mengajar sebanyak 24 jam per pecan sedikit banyak memengaruhi
aktivitasnya, terutama menulis. Jika seorang guru sibuk mengajar di sekolah,
kemudian harus meluangkan waktunya dirumah dan di masyarakatnya maka kapankah
waktu dia untuk menulis?.
Guna mengatasi masalah itu,
Sudaryanto dalam bukunya menyatakan para guru harus pintar-pintar mencari
peluang. Misalnya sesering mungkin anda pergi ke perpustakaan untuk memperoleh
bahan informasi, baik dari buku, Koran, atau pun majalah lainnya. Informasi itu
perlu dicatat apabila menurut anda hal itu penting. Jika itu sudah, anda
tinggal membuat kerangka tulisan, dan kemudian menguraikan sesuai kerangka yang
anda buat, disini perlunya berpikir kreatif dan kecerdasan.
Sementara masalah waktu, perlu
ditegaskan bahwa menulis itu merupakan proses yang panjang atau tidak sekali
tempo. Seorang penulis bisa menyelesaikan tulisanya dua atau tiga hari bahkan
lebih. Jadi sekalipun anda selaku guru sibuk mengajar di sekolah karena tuntutan
jam mengajar, anda tetap dapat menulis, dengan disiasati seperti itu, kita
pasti punya banyak waktu untuk menulis. Perlu banyak juga membaca buku tentang
menulis kreatif untuk pengembangan diri. Buku karya Sudaryanto ini juga di
lengkapi dengan hari-hari besar nasional dan alamat media massa untuk
memudahkan para guru menulis dan mengirimkan tulisannya. Membaca buku karya
Sudaryanto dengan judulnya “Guru Cerdas”.
Dapat menjadi inspirasi atau panduan dalam menulis apapun bentuknya.
Buku itu juga merupakan Pengangan Wajib Guru Berprestasi.
Penulis,
Staff
pengajar SMP Bruder Pontianak,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar