Di
balik Siswa Hebat, Terdapat Guru yang Hebat
Oleh:
Adelbertus, S.Pd.
“Bila
melihat alumni dari suatu sekolah menjadi orang sukses dan hebat, hal tidak
terlepas dari peran guru yang luar biasa. Itu sebabnya dibalik siswa yang hebat
terdapat guru yang hebat juga”. Demikian disampaikan Menteri Pendidikan Dan
Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan saat kunjungannya ke Yayasan Pendidikan
Islam Diponegoro, Surakarta, Jawa Tengah, Kamis (26/02/2015). "Jadilah
guru yang teladan. Saya yakin guru yang ada di sini adalah guru-guru yang hebat
dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi siswa," kata
Mendikbud.
Tugas guru sebagai suatu profesi, menuntut kepada guru untuk
mengembangkan profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Mendidik, mengajar, dan melatih anak didik adalah tugas guru sebagai
suatu profesi. Tugas guru sebagai pendidik, meneruskan dan mengembangkan
nilai-nilai hidup kepada anak didik. Tugas guru sebagai pengajar berarti
meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada anak didik.
Tugas guru sebagai pelatih berarti mengembangkan ketrampilan dan menerapakannya
dalam kehidupan demi masa depan anak didik. Guru juga mempunyai kemampuan,
keahlian atau sering disebut dengan kompetinsi profesional. Kompetensi
profesional yang dimaksud tersebut adalah kemampuan guru untuk menguasai
masalah akademik yang sangat berkaitan dengan pelaksanaan proses belajar
mengajar, sehingga kompetensi ini mutlak dimiliki guru dalam menjalankan
tugasnya sebagai pendidik dan pengajar.
Guru dianggap memiliki peran yang
sangat penting dan mulia di tengah masyarakat. Ungkapan bahwa guru adalah
“pahlawan tanpa tanda jasa” mengekspresikan pentingnya peran tersebut. Guru
dianggap seperti pahlawan yang menyelamatkan kehidupan banyak orang. Peran guru
yang dipandang mulia oleh masyarakat juga tercermin dari akronim kata “guru” dalam bahasa jawa sebagai digugu
lan ditiru. Kata “digugu” bearti
hal-hal yang dikatakanyalayak dipercayai oleh orang lain dan “ditiru” bearti hal-hal yang
dilakukannya layak dijadikan teladan.
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam melaksanakan
pembelajaran bersama siswa. Keadaan tersebut kedudukan guru yang tidak dapat
digantikan dengan media apapun, sehingga keberadaannya sebagai ujung tombak
pembelajaran harus tetap ada. Beberapa fungsi guru sehubungan dengan
tugasnya selaku pengajar adalah guru sebagai informator, organisator,
motivator, pengarah, inisiator, transmiter, fasilitator dan mediator. Mutu
pembelajaran merupakan kemampuan yang dimiliki oleh sekolah dalam
penyelenggaraan pembelajaran secara efektif dan efisien, sehingga menghasilkan
manfaat yang bernilai tinggi bagi pencapaian tujuan pengajaran yang telah
ditentukan.
Komponen-komponen peningkatan mutu yang ikut andil dalam
pelaksanannya adalah penampilan guru, penguasaan materi/kurikulum, penggunaan
metode mengajar, pendayagunaan alat/fasilitas pendidikan, penyelengaraan
pembelajaran dan evaluasi dan pelaksanaan kegiatan kurikuler dan
ekstra-kurikuler. Permasalahan-permasalahan guru dalam meningkatkan mutu
pembelajaran berhubungan dengan masih adanya guru yang memiliki
kualifikasi pendidikan kurang, sikap profesionalisme guru dalam melaksanakan
tugas masih rendah, persiapan guru untuk melaksanakan pengajaran yang kurang
mantap, masih sering terdapatnya rentang perolehan nilai siswa yang cukup jauh
dalam setiap mata pelajaran, masih terdapatnya siswa yang memiliki nilai merah
untuk mata pelajaran tertentu, kurangnya memanfaatkan media dan sumber belajar
dan masih rendahnya sikap inovatif serta kreativitas mengajar guru. Untuk
mencapai mutu pembelajaran terlebih dahulu guru harus membekali diri dengan
sejumlah kompetensi dalam bidang pengajaran baik yang dilakukan oleh diri
sendiri maupun bantuan kepala sekolah.
Kegiatan pembekalan
tersebut dilakukan secara kontinyu seiring dengan perkembangan dan tuntutan
kebutuhan dunia pendidikan, sehingga pada akhirnya akan membentuk sikap lebih
profesional dari guru itu sendiri. Agar kegiatan pembekalan lebih efektif
langkah yang perlu dilakukan adalah dengan terlebih dahulu menganalisis
permasalahan-permasalahan yang dihadapi guru serta kebutuhannya sehubungan
dengan pelaksanaan tugas mengajar di sekolah.
Filosofi
Ki Hajar Dewantara dalam era pendidikan baru saat ini tetap relevan dengan
mengedepankan guru sebagai aktor paling hebat dalam proses belajar. (1) Tut
wuri handayani. artinya dari belakang memberikan dorongan dan
arahan. Guru berperan sebagai pendorong atau motivator, selain itu berperan
sebagai pengarah, pembimbing yang tidak dapat membiarkan anak didik melakukan
hal yang tidak sesuai dengan tujuan proses belajar. Sebenarnya, peran guru
sebagai mitra juga tersirat dalam asas tut wuri handayani, karena ketika guru
menjalankan fungsi sebagai pembimbing dan pendorong maka guru tidak menempatkan
dirinya pada hirerarki teratas dalam proses belajar, guru bukan
satu-satunya sumber belajar. (2) Ing madya mangun karsa, artinya ditengah
menciptakan peluang untuk berprakarsa. Asas ini semakin memperkuat peran dan
fungsi guru sebagai mitra dan fasilitator guna menciptakan peluang bagi peserta
didik untuk berkarya sebagai tujuan dari proses belajar, karena pada prinsipnya
belajar itu produktif. (3) Ing ngarsa sung tulada, artinya di depan memberi
teladan. Asas ini menekankan peran guru sebagai teladan “guru di gugu”,
dimodeli anak didiknya. Para guru memahami betul bahwa modelling
atau keteladanan merupakan cara yang ampuh dalam mengubah perilaku, selain
pembiasaan dan disiplin.
Fakta
ini menunjukkan bahwa diantara berbagai inputs yang menentukan mutu pendidikan
(ini ditunjukkan dengan prestasi akademik anak didik) lebih dari sepertiganya
ditentukan oleh peran guru. Betapa mulianya guru! Kita menyadari bahwa di
tangan para guru, putra-putri terbaik bangsa ini dilahirkan untuk melakukan perubahan
penting bagi kelangsungan hidup bangsa, saat ini maupun di masa akan datang.
Namun, untuk memegang peran perubahan itu, guru haruslah melakukan perubahan
terlebih dahulu dalam dirinya. Motivasi untuk berubah harus datang dari dalam
diri guru itu sendiri. Dengan prinsip ”guru harus memberi (to share) terlebih
dahulu agar ia dapat maju dan berkembang (to grow)”, maka guru tidak boleh
menampilkan dirinya pada posisi pasif (penerima perubahan), akan tetapi harus
pada posisi aktif (memberi dan berbagi untuk maju berkembang bersama). Jika
menjadi guru merupakan pilihan pribadi, maka guru harus benar-benar hidup
dengan pilihannya tersebut. Maka dia adalah guru hebat.
Para siswa tidak menguasai pelajaran
bukan karena mereka tidak pintar, melainkan karena kurangnya motivasi dalam
diri mereka untuk belajar. Tidak ada manusia yang dilahirkan di dunia dalam
keadaan bodoh, namun bagaimana cara dunia memperlakukan merekalah yang membuat
mereka terlihat bodoh. Thomas Alva Edison yang hiperaktif dan dianggap bodoh oleh
gurunya ternyata mampu membuka mata dunia dengan penemuan bohlamnya, atau Isaac
Newton, Albert Einstein, Ludwig Van Beethoven dan orang-orang terkenal lainnya
yang dulunya dianggap “BODOH”.
Sayangnya banyak para guru yang kurang
mengerti dengan potensi yang dimiliki oleh para anak didiknya sehingga tak
jarang tindakan kurang terpuji akhirnya dilakukan seperti mengintimidasi,
menghukum bahkan memukul, bahkan yang lebih ekstrim mengeluarkan sang anak dari
sekolah. Butuh guru yang luar biasa untuk mengenali kemampuan murid-murid yang
luar biasa.
Mari belajar memahami dan memberi
inspirasi bagi murid-murid kita. Kita tidak akan pernah tahu jika salah satu
dari mereka akan menjadi Thomas Alva Edison atau Albert Einstein berikutnya.
Sedikit yang kita lakukan saat ini akan berdampak sangat besar di masa depan
mereka. Sekarang, bila Anda seorang guru, Anda berada di bagian mana? Apakah
Guru Mediocre, Guru Yang Baik, Guru Yang Hebat atau Guru Yang Luar Biasa?
Ininya mari kita ciptakan sebanyak-banyaknya siswa/siswa yang hebat dan luar
biasa.
Tugas guru adalah tugas yang mulia yang
merupakan profesi yang paling sering menjadi cita-cita favorit masa
kanak-kanak. Lewat tangan para gurulah tercipta para ilmuwan, ahli politik,
hakim, dokter dan bahkan seorang presiden sekalipun. Dari seorang gurulah kita
belajar dari hal yang tidak tahu menjadi tahu, belajar memahami dan
berpetualang dalam pengetahuan. Seringkali guru menghadapi kendala dalam
mengajarkan murid-muridnya, berbagai metode dicoba sebagai upaya untuk menyampaikan
ilmu yang dimilikinya kepada para peserta didik. Namun seringkali, peserta
didik semakin bingung sehingga akhirnya tidak mengerti yang berujung kepada
kebosanan.
William Arthur Ward, seorang penulis
berpengaruh dari Amerika berkata bahwa guru tingkat menengah hanya
bercerita, guru yang baik menjelaskan, guru yang hebat mendemonstrasikan
sementara guru yang luar biasa memberikan inspirasi. Memberikan inspirasi
kepada anak didik, secara tidak langsung kita memberikan sayap kepada mereka
untuk bisa terbang menggapai impiannya menjadi siswa-siswi yang hebat dan luar
biasa dan yakinlah bahwa Anda akan mendapatkan tempat yang paling spesial di
hatinya.
Yang
dibutuhkan seorang murid bukanlah hanya ilmu pengetahuan dari gurunya saja,
namun yang lebih penting adalah kata-kata inspirasi dan motivasi yang mampu
memicu mereka untuk menguasai ilmu pengetahuan tersebut. Mereka bisa belajar
dari sumber manapun tentang pengetahuan tersebut, namun inspirasi tersebut
jarang bisa ditemukan kecuali dari seorang guru yang luar biasa. Semoga.
***
penulis,
Guru
Bahasa dan Sastra Indonesia
SMP
Bruder Pontianak