Oleh: Adelbertus, S.Pd.
Prof.
Dr. Harsono dan M. Joko Susilo, M.Pd dalam buku yang berjudul “Pemberontakan
Guru; Menuju Peningkatan Kualitas” memaparkan bagaimana sosok guru itu menjadi
tokoh yang sangat urgen dalam dunia pendidikan. Bagaimana tidak, guru menjadi
kunci utama dalam sebuah pendidikan. Guru menjadi sebuah ketergantungan bagi
keberhasilan sebuah pendidikan. Pendidikan pada sebuah negara itu bisa maju
jika didukung dengan tenaga pengajar atau guru yang berkualitas dan
profesional. Sejarah telah membuktikan urgensi dan sentralitas guru dalam
keberhasilan pendidikan.
Berdasarkan
masalah tersebut, Kali ini penulis akan berbicara bagaimana peran guru dalam
sekolah sebagai komunitas. Pernahkah kita dengar sekolah sebagai komunitas ?.
bagaimana peran guru dalam sekolah sebagai komunitas ? sebelum masuk ke
penjelasan lebih lanjut, mari kita ingat tugas guru sebagai profesi.
Tugas guru sebagai suatu profesi, menuntut kepada guru untuk
mengembangkan profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Mendidik, mengajar, dan melatih anak didik adalah tugas guru sebagai
suatu profesi. Tugas guru sebagai pendidik, meneruskan dan mengembangkan
nilai-nilai hidup kepada anak didik. Tugas guru sebagai pengajar berarti
meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada anak didik.
Tugas guru sebagai pelatih berarti mengembangkan ketrampilan dan menerapakannya
dalam kehidupan demi masa depan anak didik. Guru juga mempunyai kemampuan, keahlian
atau sering disebut dengan kompetinsi profesional. Kompetensi profesional yang
dimaksud tersebut adalah kemampuan guru untuk menguasai masalah akademik yang
sangat berkaitan dengan pelaksanaan proses belajar mengajar, sehingga
kompetensi ini mutlak dimiliki guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik
dan pengajar.
William Arthur Ward, seorang penulis
berpengaruh dari Amerika berkata bahwa guru tingkat menengah hanya
bercerita, guru yang baik menjelaskan, guru yang hebat mendemonstrasikan
sementara guru yang luar biasa memberikan inspirasi. Memberikan inspirasi
kepada anak didik, secara tidak langsung kita memberikan sayap kepada mereka
untuk bisa terbang menggapai impiannya menjadi siswa-siswi yang hebat dan luar
biasa dan yakinlah bahwa Anda akan mendapatkan tempat yang paling spesial di
hatinya.
Yang dibutuhkan seorang murid bukanlah hanya ilmu
pengetahuan dari gurunya saja, namun yang lebih penting adalah kata-kata
inspirasi dan motivasi yang mampu memicu mereka untuk menguasai ilmu
pengetahuan tersebut. Mereka bisa belajar dari sumber manapun tentang
pengetahuan tersebut, namun inspirasi tersebut jarang bisa ditemukan kecuali
dari seorang guru yang luar biasa. Pertanyaannya adalah seperti apakah
sosok guru yang berprestasi dan menginspirasi bagi siswa dan juga di masyarakat
?
Terkait dengan masalah tersebut,
Yayasan Pendidikan Sekolah Bruder Pontianak yang memiliki beberapa unit sekolah mulai dari
TK, SD, SMP, dan SMA itu mengadakan kegiatan retret bersama untuk meningkatkana etos kerja
bagi para guru dan karyawan sekolah yang bertempat di Wisma Emaus Nyarumkop
Singkawang. Kegiatan tersebut di bagi menjadi tiga gelombang. Gelombang pertama yaitu SMP Bruder, TK, dan SD
Bruder Dahlia Pontianak waktu kamis, 15-17 Oktober 2015. Kegiatan retret tersebut
mengangkat tema “Sense of Belonging”
Rasa memiliki. Dalam rertet tersebut materi dibawakan langsung oleh Romo DR.
Vinsensius A Paolo Darmin Mbula OFM. Romo mengatakan Yang pertama yaitu berpusat pada pribadi Yesus itu sendiri. Kedua semua orang yang terlibat
didalamnya memberikan kabar baik. Ketiga,
supaya sekolah kita menjadi kabar baik bukan asal-asal kualitas dan keunggulan
sekolah. Sekolah harus menjadi kabar baik bagi siswanya, orang tua, dan
masyarakat. Keunggulan dan kualitas sekolah ditentukan oleh komitmen, yaitu
kemampuan dan kemauan.
Oleh karena itu supaya sekolah bisa
menjadi kabar baik maka harus memiliki komimen yang kuat, memiliki kemampuan
dan kemauan yang kuat. Ada sekolah yang mampu tetapi tidak mau, atau mau tetapi
tidak mampu. Kalau seperti itu sama-sama tidak berjalan dengan baik, dan
sekolah tidak bisa menjadi kabar baik. Sekolah bukan hanya tempat belajar
mengajar peserta didik. Selanjutnya akan dijelaskan bagaimana sekolah menjadi
sebuah komunitas.
Para guru harus memiliki hati yang
berkobar-kobar, membentuk manusia seutuhnya, dan kalau kita lihat realita
sekarang ini sekolah hanya memperhatikan kualitas otaknya saja. Faktanya yang
pintar akan membanggakan dirinyaa sendiri, merasa dirinya hebat, sombong, dan sikapnya
kepada guru pun kurang baik, dan sebaliknya yang kurang juga merasa dirinya
tidak mampu, tidak percaya diri, minder, susah untuk bersosialisasi. Peran
pendidikan dalam hal ini seharusnya adalah membentuk manusia seutuhnya. Menjadi
sekolah yang berkomitmen, utuh, unggul, dan
berkualitas.
Bagaimana sekolah menjadi sebuah
komunitas? Dan apa kaitannya sekolah yang berkomitmen dengan sekolah menjadi
sebuah komunitas?. Sekolah adalah sebuah komunitas tempat orang belajar
kehidupan. Sekoah benar-benar sebuah komunitas yang membentuk manusia atau para
peseta didik, guru, dan karyawan sekolah untuk benar-benar belajar tentang
kehidupan yang seutuhnya. Dengan demkian sekolah akan menjadi kabar baik bagi
semua orang terutama bagi peserta didik dan warga sekolah. Komunitas dan sekolah yang baik dan unggul
adalah sekolah yang menghasilkan manusia yang berbudaya cinta kasih. Karena
sesungguhnya sekolah itu adalah cinta kasih. Di dalamnya terdapat manusia yang
tumbuh dan berkembang dengan kasih.
Terkait dengan sekolah sebagai
sebuah komunitas, timbul sebuah pertanyaan sudah adakah sekarang ini sekolah
yang menjadi sebuah komunitas tempat belajar kehidupan yang seutuhnya?. Menjadikan
sekolah sebagai sebuah komunitas, ada beberapa tantangan yang sampai saat ini
menjadi hal yang sangat sulit untuk ditumbuhkembangkan, yaitu pertama adalah identitas sekolah itu
sendiri, khususnya sekolah-sekolah katolik di seluru dunia. Hal ini terkait
dengan jati diri sekolah itu sendiri, dikatakan bahwa sekolah katolik semakin
kabur.
Kedua
adalah dialog,
kurangnya komunikasi yang baik antar warga sekolah. Sikap yang membeda-bedakan
status, sikap ketidak terbukaan satu sama lain. Egoisme dan kecemburuan sosial,
semua ini yang membuat sekolah sulit untuk menjadi sebuah komunitas kehidupan. Ketiga yaitu, masyarakat pembelajar. Sekolah sebagai masyarakat pembelajar yaitu
belajar untuk mengetahui, belajar untuk terus menerus menjadi orang yang baik,
tidak pernah putus asa, menjadi orang yang terdidik. Menjadikan sebuah sekolah
seperti sebuah masyarakat untuk benar-nebar belajar. Karena di sebuah keluarga
biasanya anak sulit untuk mendapatkan pendidikan yang seutuhnya, dikarenakan
anak tersebut mungkin mendapat tekanan dari orang tua, ada masalah keluarga dan
lainnya.
Keempat yaitu, tantangan pendidikan
integral. Kelima, tantangan sumber
sarana dan sumber yang terbatas. Keenam,
tantangan pastoral., ketujuh,
tantangan pembinaan iman bagi orang muda. Kedelapan,
tantangan khusus bagi masyarakat multiagama dan multi budaya. Kesembilan, tantangan pelatihan seumur
hidup bagi para guru. Kesepuluh,
tantangan tempat dan sumberdaya untuk pelatihan para guru. Kesebelas, tantangan hukum dan pelaksanaan.
“The
best teacher”
mengajar dari hati bukan dari buku. Apa maksud pernyataan tersebut?. Guru yang
baik adalah guru yang mengajar dari pengalaman dan pemahaman yang dimiliki oleh
guru itu sendiri, bukan karena ada di buku. Guru menyampaikan hasil pemahannya
dari membaca buku pelajaran tersebut. Buku sumber pengetahuan yang kita abaca,
yang kita dapatkan dari buku itulah yang di sharingkan
kepada siswa. Hal ini juga menjadi tantangan untuk menjadi sekolah sebagai
sebuah komunitas.
Oleh karena itu ruang kelas menjadi
ruang bahasa, bahasa kasih yang hidup. Bahasa kasih dalam ruang kelas adalah
sebagai persaudaraan, sebagai komunitas. Ruang kelas bukan ruang kekerasan atau
ruang penjaara. Maka sekolah itu adalah
sekolah kehidupan, bukan kematian (kesombongan., kecurangan, iri hati,
kekerasan, kemalasan,).
Yang terakhir dalam tulisan ini yaitu
mengigatkan para guru bahwa pelayanan
guru merupakan tugas profesi, maka pertama
pelayanan guru itu kabar baik. Kedua,
pelayanan guru itu juru selamat umat manusia. Ketiga, pelayanan guru itu berkat bagi umat manusia. Keempat, pelayanan guru itu bertindak
atas nama Allah demi kemanussiaan. Semoga.****
Penulis,
Guru
Bahasa dan Sastra Indonesia
SMP
Bruder Pontianak.