Selasa, 03 November 2015

Sekolah Sebagai Sebuah Komunitas



Oleh: Adelbertus, S.Pd.

Prof. Dr. Harsono dan M. Joko Susilo, M.Pd dalam buku yang berjudul “Pemberontakan Guru; Menuju Peningkatan Kualitas” memaparkan bagaimana sosok guru itu menjadi tokoh yang sangat urgen dalam dunia pendidikan. Bagaimana tidak, guru menjadi kunci utama dalam sebuah pendidikan. Guru menjadi sebuah ketergantungan bagi keberhasilan sebuah pendidikan. Pendidikan pada sebuah negara itu bisa maju jika didukung dengan tenaga pengajar atau guru yang berkualitas dan profesional. Sejarah telah membuktikan urgensi dan sentralitas guru dalam keberhasilan pendidikan.
Berdasarkan masalah tersebut, Kali ini penulis akan berbicara bagaimana peran guru dalam sekolah sebagai komunitas. Pernahkah kita dengar sekolah sebagai komunitas ?. bagaimana peran guru dalam sekolah sebagai komunitas ? sebelum masuk ke penjelasan lebih lanjut, mari kita ingat tugas guru sebagai profesi.
Tugas guru sebagai suatu profesi, menuntut kepada guru untuk mengembangkan profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mendidik, mengajar, dan melatih anak didik adalah tugas guru sebagai suatu profesi. Tugas guru sebagai pendidik, meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup kepada anak didik. Tugas guru sebagai pengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada anak didik. Tugas guru sebagai pelatih berarti mengembangkan ketrampilan dan menerapakannya dalam kehidupan demi masa depan anak didik. Guru juga mempunyai kemampuan, keahlian atau sering disebut dengan kompetinsi profesional. Kompetensi profesional yang dimaksud tersebut adalah kemampuan guru untuk menguasai masalah akademik yang sangat berkaitan dengan pelaksanaan proses belajar mengajar, sehingga kompetensi ini mutlak dimiliki guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar.
William Arthur Ward, seorang penulis berpengaruh dari Amerika berkata bahwa guru tingkat menengah hanya bercerita, guru yang baik menjelaskan, guru yang hebat mendemonstrasikan sementara guru yang luar biasa memberikan inspirasi. Memberikan inspirasi kepada anak didik, secara tidak langsung kita memberikan sayap kepada mereka untuk bisa terbang menggapai impiannya menjadi siswa-siswi yang hebat dan luar biasa dan yakinlah bahwa Anda akan mendapatkan tempat yang paling spesial di hatinya. 
Yang dibutuhkan seorang murid bukanlah hanya ilmu pengetahuan dari gurunya saja, namun yang lebih penting adalah kata-kata inspirasi dan motivasi yang mampu memicu mereka untuk menguasai ilmu pengetahuan tersebut. Mereka bisa belajar dari sumber manapun tentang pengetahuan tersebut, namun inspirasi tersebut jarang bisa ditemukan kecuali dari seorang guru yang luar biasa. Pertanyaannya adalah seperti apakah sosok guru yang berprestasi dan menginspirasi bagi siswa dan juga di masyarakat ?
            Terkait dengan masalah tersebut, Yayasan Pendidikan Sekolah Bruder  Pontianak  yang memiliki beberapa unit sekolah mulai dari TK, SD, SMP, dan SMA itu mengadakan kegiatan  retret bersama untuk meningkatkana etos kerja bagi para guru dan karyawan sekolah yang bertempat di Wisma Emaus Nyarumkop Singkawang. Kegiatan tersebut di bagi menjadi tiga gelombang.  Gelombang pertama yaitu SMP Bruder, TK, dan SD Bruder Dahlia Pontianak waktu kamis, 15-17 Oktober 2015. Kegiatan retret tersebut mengangkat tema “Sense of Belonging” Rasa memiliki. Dalam rertet tersebut materi dibawakan langsung oleh Romo DR. Vinsensius A Paolo Darmin Mbula OFM. Romo mengatakan Yang pertama yaitu berpusat pada pribadi Yesus itu sendiri. Kedua semua orang yang terlibat didalamnya memberikan kabar baik. Ketiga, supaya sekolah kita menjadi kabar baik bukan asal-asal kualitas dan keunggulan sekolah. Sekolah harus menjadi kabar baik bagi siswanya, orang tua, dan masyarakat. Keunggulan dan kualitas sekolah ditentukan oleh komitmen, yaitu kemampuan dan kemauan.
            Oleh karena itu supaya sekolah bisa menjadi kabar baik maka harus memiliki komimen yang kuat, memiliki kemampuan dan kemauan yang kuat. Ada sekolah yang mampu tetapi tidak mau, atau mau tetapi tidak mampu. Kalau seperti itu sama-sama tidak berjalan dengan baik, dan sekolah tidak bisa menjadi kabar baik. Sekolah bukan hanya tempat belajar mengajar peserta didik. Selanjutnya akan dijelaskan bagaimana sekolah menjadi sebuah komunitas.
            Para guru harus memiliki hati yang berkobar-kobar, membentuk manusia seutuhnya, dan kalau kita lihat realita sekarang ini sekolah hanya memperhatikan kualitas otaknya saja. Faktanya yang pintar akan membanggakan dirinyaa sendiri, merasa dirinya hebat, sombong, dan sikapnya kepada guru pun kurang baik, dan sebaliknya yang kurang juga merasa dirinya tidak mampu, tidak percaya diri, minder, susah untuk bersosialisasi. Peran pendidikan dalam hal ini seharusnya adalah membentuk manusia seutuhnya. Menjadi sekolah yang berkomitmen, utuh, unggul, dan  berkualitas.
            Bagaimana sekolah menjadi sebuah komunitas? Dan apa kaitannya sekolah yang berkomitmen dengan sekolah menjadi sebuah komunitas?. Sekolah adalah sebuah komunitas tempat orang belajar kehidupan. Sekoah benar-benar sebuah komunitas yang membentuk manusia atau para peseta didik, guru, dan karyawan sekolah untuk benar-benar belajar tentang kehidupan yang seutuhnya. Dengan demkian sekolah akan menjadi kabar baik bagi semua orang terutama bagi peserta didik dan warga sekolah.  Komunitas dan sekolah yang baik dan unggul adalah sekolah yang menghasilkan manusia yang berbudaya cinta kasih. Karena sesungguhnya sekolah itu adalah cinta kasih. Di dalamnya terdapat manusia yang tumbuh dan berkembang dengan kasih.
            Terkait dengan sekolah sebagai sebuah komunitas, timbul sebuah pertanyaan sudah adakah sekarang ini sekolah yang menjadi sebuah komunitas tempat belajar kehidupan yang seutuhnya?. Menjadikan sekolah sebagai sebuah komunitas, ada beberapa tantangan yang sampai saat ini menjadi hal yang sangat sulit untuk ditumbuhkembangkan, yaitu pertama adalah identitas sekolah itu sendiri, khususnya sekolah-sekolah katolik di seluru dunia. Hal ini terkait dengan jati diri sekolah itu sendiri, dikatakan bahwa sekolah katolik semakin kabur.
Kedua adalah dialog, kurangnya komunikasi yang baik antar warga sekolah. Sikap yang membeda-bedakan status, sikap ketidak terbukaan satu sama lain. Egoisme dan kecemburuan sosial, semua ini yang membuat sekolah sulit untuk menjadi sebuah komunitas kehidupan. Ketiga yaitu, masyarakat pembelajar.  Sekolah sebagai masyarakat pembelajar yaitu belajar untuk mengetahui, belajar untuk terus menerus menjadi orang yang baik, tidak pernah putus asa, menjadi orang yang terdidik. Menjadikan sebuah sekolah seperti sebuah masyarakat untuk benar-nebar belajar. Karena di sebuah keluarga biasanya anak sulit untuk mendapatkan pendidikan yang seutuhnya, dikarenakan anak tersebut mungkin mendapat tekanan dari orang tua, ada masalah keluarga dan lainnya.
 Keempat yaitu, tantangan pendidikan integral. Kelima, tantangan sumber sarana dan sumber yang terbatas. Keenam, tantangan pastoral., ketujuh, tantangan pembinaan iman bagi orang muda. Kedelapan, tantangan khusus bagi masyarakat multiagama dan multi budaya. Kesembilan, tantangan pelatihan seumur hidup bagi para guru. Kesepuluh, tantangan tempat dan sumberdaya untuk pelatihan para guru. Kesebelas, tantangan hukum dan pelaksanaan.
“The best teacher” mengajar dari hati bukan dari buku. Apa maksud pernyataan tersebut?. Guru yang baik adalah guru yang mengajar dari pengalaman dan pemahaman yang dimiliki oleh guru itu sendiri, bukan karena ada di buku. Guru menyampaikan hasil pemahannya dari membaca buku pelajaran tersebut. Buku sumber pengetahuan yang kita abaca, yang kita dapatkan dari buku itulah yang di sharingkan kepada siswa. Hal ini juga menjadi tantangan untuk menjadi sekolah sebagai sebuah komunitas. 
Oleh karena itu ruang kelas menjadi ruang bahasa, bahasa kasih yang hidup. Bahasa kasih dalam ruang kelas adalah sebagai persaudaraan, sebagai komunitas. Ruang kelas bukan ruang kekerasan atau ruang penjaara.  Maka sekolah itu adalah sekolah kehidupan, bukan kematian (kesombongan., kecurangan, iri hati, kekerasan, kemalasan,).
Yang terakhir dalam tulisan ini yaitu mengigatkan para guru  bahwa pelayanan guru merupakan tugas profesi, maka pertama pelayanan guru itu kabar baik. Kedua, pelayanan guru itu juru selamat umat manusia. Ketiga, pelayanan guru itu berkat bagi umat manusia. Keempat, pelayanan guru itu bertindak atas nama Allah demi kemanussiaan. Semoga.****





Penulis,


Guru Bahasa dan Sastra Indonesia
SMP Bruder Pontianak.


Apa Pun Kurikulumnya, Guru Tetap Berprestasi dan Menginspirasi


Oleh: Adelbertus, S.Pd.

Dalam sebuah pendidikan, ada beberapa faktor yang sangat menunjang akan keberhasilan pendidikan. Pendidikan yang berhasil adalah manakala pendidikan itu mampu mengentaskan dan membebaskan para peserta didiknya dari belenggu kebodohan. Salah satu faktor dan elemen penting guna menunjang keberhasilan cita-cita pendidikan tersebut adalah peran guru yang berkualitas. Guru yang berkualitas dan profesional adalah guru yang berhasil membebaskan para peserta didiknya dari belenggu kebodohan. Oleh karenanya, guru menjadi sosok sentral dalam dunia pendidikan.
Prof. Dr. Harsono dan M. Joko Susilo, M.Pd dalam buku yang berjudul “Pemberontakan Guru; Menuju Peningkatan Kualitas” memaparkan bagaimana sosok guru itu menjadi tokoh yang sangat urgen dalam dunia pendidikan. Bagaimana tidak, guru menjadi kunci utama dalam sebuah pendidikan. Guru menjadi sebuah ketergantungan bagi keberhasilan sebuah pendidikan. Pendidikan pada sebuah negara itu bisa maju jika didukung dengan tenaga pengajar atau guru yang berkualitas dan profesional. Sejarah telah membuktikan urgensi dan sentralitas guru dalam keberhasilan pendidikan.
Tugas guru sebagai suatu profesi, menuntut kepada guru untuk mengembangkan profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mendidik, mengajar, dan melatih anak didik adalah tugas guru sebagai suatu profesi. Tugas guru sebagai pendidik, meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup kepada anak didik. Tugas guru sebagai pengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada anak didik. Tugas guru sebagai pelatih berarti mengembangkan ketrampilan dan menerapakannya dalam kehidupan demi masa depan anak didik. Guru juga mempunyai kemampuan, keahlian atau sering disebut dengan kompetinsi profesional. Kompetensi profesional yang dimaksud tersebut adalah kemampuan guru untuk menguasai masalah akademik yang sangat berkaitan dengan pelaksanaan proses belajar mengajar, sehingga kompetensi ini mutlak dimiliki guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar.
William Arthur Ward, seorang penulis berpengaruh dari Amerika berkata bahwa guru tingkat menengah hanya bercerita, guru yang baik menjelaskan, guru yang hebat mendemonstrasikan sementara guru yang luar biasa memberikan inspirasi. Memberikan inspirasi kepada anak didik, secara tidak langsung kita memberikan sayap kepada mereka untuk bisa terbang menggapai impiannya menjadi siswa-siswi yang hebat dan luar biasa dan yakinlah bahwa Anda akan mendapatkan tempat yang paling spesial di hatinya. 
Yang dibutuhkan seorang murid bukanlah hanya ilmu pengetahuan dari gurunya saja, namun yang lebih penting adalah kata-kata inspirasi dan motivasi yang mampu memicu mereka untuk menguasai ilmu pengetahuan tersebut. Mereka bisa belajar dari sumber manapun tentang pengetahuan tersebut, namun inspirasi tersebut jarang bisa ditemukan kecuali dari seorang guru yang luar biasa. Pertanyaannya adalah seperti apakah sosok guru yang berprestasi dan menginspirasi bagi siswa dan juga di masyarakat ?
Pertama,   Guru Sebagai Model dan Teladan. Guru merupakan model atau teladan bagi para peserta didik dan semua orang yang menganggap dia sebagai guru. Terdapat kecenderungan yang besar untuk menganggap bahwa peran ini tidak mudah untuk ditentang, apalagi ditolak. Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang disekitar lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru: sikap dasar, bicara dan gaya bicara, kebiasaan bekerja, sikap melalui pengalaman dan kesalahan, pakaian, hubungan kemanusiaan, proses berfikir, perilaku neurotis, selera, keputusan, kesehatan, gaya hidup secara umum.
Perilaku guru sangat mempengaruhi peserta didik, tetapi peserta didik harus berani mengembangkan gaya hidup pribadinya sendiri.
Guru yang baik adalah yang menyadari kesenjangan antara apa yang diinginkan dengan apa yang ada pada dirinya, kemudian menyadari kesalahan ketika memang bersalah. Kesalahan harus diikuti dengan sikap merasa dan berusaha untuk tidak mengulanginya.
Kedua, Guru  Sebagai Anggota Masyarakat. Peranan guru sebagai komunikator pembangunan masyarakat. Seorang guru diharapkan dapat berperan aktif dalam pembangunan disegala bidang yang sedang dilakukan. Ia dapatmengembangkan kemampuannya pada bidang-bidang dikuasainya. Guru perlu juga memiliki kemampuan untuk berbaur dengan masyarakat melalui kemampuannya, antara lain melalui kegiatan olah raga, keagamaan dan kepemudaan. Keluwesan bergaul harus dimiliki, sebab kalau tidak pergaulannya akan menjadi kaku dan berakibat yang bersangkutan kurang bisa diterima oleh masyarakat.
Ketiga,  Guru sebagai administrator. Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga sebagai administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran. Guru akan dihadapkan pada berbagai tugas administrasi di sekolah. Oleh karena itu seorang guru dituntut bekerja secara administrasi teratur. Segala pelaksanaan dalam kaitannya proses belajar mengajar perlu diadministrasikan secara baik. Sebab administrasi yang dikerjakan seperti membuat rencana mengajar, mencatat hasil belajar dan sebagainya merupakan dokumen yang berharga bahwa ia telah melaksanakan tugasnya dengan baik.
Keempat, Guru Sebagai Penasehat. Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik juga bagi orang tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati orang.
Peserta didik senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat keputusan dan dalam prosesnya akan lari kepada gurunya. Agar guru dapat menyadari perannya sebagai orang kepercayaan dan penasihat secara lebih mendalam, ia harus memahami psikologi kepribadian dan ilmu kesehatan mental.
Kelimat, Guru Sebagai Pembaharu (Inovator). Guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam kehidupan yang bermakna bagi peserta didik. Dalam hal ini, terdapat jurang yang dalam dan luas antara generasi yang satu dengan yang lain, demikian halnya pengalaman orang tua memiliki arti lebih banyak daripada nenek kita. Seorang peserta didik yang belajar sekarang, secara psikologis berada jauh dari pengalaman manusia yang harus dipahami, dicerna dan diwujudkan dalam pendidikan.
Tugas guru adalah menerjemahkan kebijakan dan pengalaman yang berharga ini kedalam istilah atau bahasa moderen yang akan diterima oleh peserta didik. Sebagai jembatan antara generasi tua dan genearasi muda, yang juga penerjemah pengalaman, guru harus menjadi pribadi yang terdidik.
Keenam,   Guru Sebagai Pendorong Kreatifitas. Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran dan guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan menunjukkan proses kreatifitas tersebut. Kreatifitas merupakan sesuatu yang bersifat universal dan merupakan cirri aspek dunia kehidupan di sekitar kita. Kreativitas ditandai oleh adanya kegiatan menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan tidak dilakukan oleh seseorang atau adanya kecenderungan untuk menciptakan sesuatu.
Akibat dari fungsi ini, guru senantiasa berusaha untuk menemukan cara yang lebih baik dalam melayani peserta didik, sehingga peserta didik akan menilaianya bahwa ia memang kreatif dan tidak melakukan sesuatu secara rutin saja. Kreativitas menunjukkan bahwa apa yang akan dikerjakan oleh guru sekarang lebih baik dari yang telah dikerjakan sebelumnya.
Ketujuh, Guru Sebagai Emansipator. Dengan kecerdikannya, guru mampu memahami potensi peserta didik, menghormati setiap insan dan menyadari bahwa kebanyakan insan merupakan “budak” stagnasi kebudayaan. Guru mengetahui bahwa pengalaman, pengakuan dan dorongan seringkali membebaskan peserta didik dari “self image” yang tidak menyenangkan, kebodohan dan dari perasaan tertolak dan rendah diri. Guru telah melaksanakan peran sebagai emansipator ketika peserta didik yang dicampakkan secara moril dan mengalami berbagai kesulitan dibangkitkan kembali menjadi pribadi yang percaya diri.
Kedelapan, Guru Sebagai Evaluator. Evaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang paling kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta variable lain yang mempunyai arti apabila berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin dapat dipisahkan dengan setiap segi penilaian. Teknik apapun yang dipilih, dalam penilaian harus dilakukan dengan prosedur yang jelas, yang meliputi tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut.
Kesembilan, Guru Sebagai Kulminator. Guru adalah orang yang mengarahkan proses belajar secara bertahap dari awal hingga akhir (kulminasi). Dengan rancangannya peserta didik akan melewati tahap kulminasi, suatu tahap yang memungkinkan setiap peserta didik bisa mengetahui kemajuan belajarnya. Di sini peran kulminator terpadu dengan peran sebagai evaluator.
Guru sejatinya adalah seorang pribadi yang harus serba bisa dan serba tahu. Serta mampu mentransferkan kebisaan dan pengetahuan pada muridnya dengan cara yang sesuai dengan perkembangan dan potensi anak didik.
Begitu banyak peran yang harus diemban oleh seorang guru. Peran yang begitu berat dipikul di pundak guru hendaknya tidak menjadikan calon guru mundur dari tugas mulia tersebut. Peran-peran tersebut harus menjadi tantangan dan motivasi bagi guru dan calon guru. Dia harus menyadari bahwa di masyarakat harus ada yang menjalani peran guru. Bila tidak, maka suatu masyarakat tidak akan terbangun dengan utuh. Penuh ketimpangan dan akhirnya masyarakat tersebut bergerak menuju kehancuran. Semoga. ***




Penulis,


                                                                                                Guru Bahasa dan Sastra Indonesia
                                                                                                SMP Bruder Pontianak




Selasa, 01 September 2015

Kegiatan Pembukaan Bulan Kita Suci Nasional | Persekolahan Bruder Pontianak

Rangkaian kegiatan pembukaan Bulan Kitab Suci Nasional di lingkungan Yayasan Pendidikan Sekolah Bruder Pontianak, diawali dengan Ibadat Pembukaan oleh yang dipimpin oleh salah seorang bruder MTB, Turut hadir dalam acara pembukaan yaitu Petinggi Kongregasi Bruder MTB, Ketua yayasan beserta pengurus yayasan lainya, para kepala sekolah dan dewan guru sekolah-sekolah dibawah naungan Yayasan Pendidikan Sekolah Bruder serta undangan dari Persekolahan Suster Pontianak dan Persekolahan Santo Monica Kubu Raya.
Berikut ini beberapa foto kegiatan pembukaan Bulan Kitab Suci yang berlangsung di komplek Persekolahan Bruder, Jl. A.R. Hakim Pontianak.

Bruder, Pemimpin Ibadat

Pembacaan Kitab Suci

Kata Sambutan Ketua Panitia

Kata Sambutan Ketua Yayasan Pendidkan Sekolah Bruder

Prosesi Pelepasan Balon sebagai tanda dibukanya BKSN

Tarian siswa SMP Bruder untuk memeriahkan pembukaan BKSN

Pengurus YPSB dan dewan guru

Peserta dari SMA dan SMP

Drum Band SD

Pawai

Pawai, SMA

Koor, Mahasiswa STP Pontianak

Peserta dari SMP Suster

Penempatan Kitab Suci

Senin, 31 Agustus 2015

BKSN 2015: Keluarga yang Melayani seturut Sabda Allah


Terkait dengan itu, tema BKSN 2015 ini adalah “Keluarga yang Melayani seturut Sabda Allah.” Pelayanan adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan Gereja, bahkan menjadi identitas dirinya. Jika demikian, maka keluarga kristiani sebagai bagian dari Gereja turut serta dipanggil untuk menghayatinya dan mewujudkannya dalam kehidupan sehari‐hari. Keluarga kristiani akan menimba inspirasi untuk melayani dari dalam Kitab Suci.
Selengkapnya baca bahan pendalaman Kitab Suci yang disiapkan oleh Lembaga Biblika Indonesia dalam rangka Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN) berikikut ini.
Pembukaan Bulan Kitab Suci Nasional di lingkungan Yayasan Pendidikan Sekolah Bruder Pontianak, berlangsung di komplek Persekolahan Bruder, Jalan A.R. Hakim No.92 Pontianak yang dihadiri oleh siswa-siswi perwakilan-perwakilan dari SD Kanisius, SD Nusa Indah, SD Melati, SD Dahlia, SMP Bruder Pontianak, dan SMA Santo Paulus. Turut hadir sebagai undangan yaitu perwakilan dari  SD dan SMP Suster Pontianak serta SD dan SMP Santa Monika Kubu Raya. 
Acara diawali dengan Ibadat bersama, dilanjutkan dengan pelepasan balon oleh Ketua Yayasan Pendidikan Sekolah Bruder yaitu Bruder Bernardinus Sukasta, MTB yang didampingi oleh seluruh Kepala Sekolah di bawah naungan Yayasan Pendidikan Sekolah Bruder. Selanjutkan acara dimeriahkan dengan berbagai acara persembahan dari siswa-siswi seperti tarian adat, paduan suara, angklung, dan drum band dari SD Bruder Melati, SMP Bruder, dan SMA Santo Paulus. Selanjutkan acara dilanjutkan dengan perarakan Kitab Suci dilingkungan Persekolahan Bruder.
Kegiatan-kegiatan untuk mengisi Bulan Kitab Suci Nasional di lingkungan Persekolahan Bruder, seperti Lomba Lektor (Baca Kitab Suci), Kuis Kitab Suci, Story Telling, dsb.



Rabu, 05 Agustus 2015

OPINI



 Guru Cerdas Menulis
Oleh: Adelbertus, S.Pd.

Apa yang anda bayangkan ketika mendengar kata menulis? menulis dapat didefinisikan sebagai kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam suatu tulisan. Tulisan merupakan sebuah simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati pemakaiannya. Dengan demikian, dalam komunikasi paling tidak terdapat empat unsur yang terliba yaitu penulis sebagai penyampai pesan, pesan atau isi tulisan, saluran atau media berupa tulisan , dan pembaca sebagai penerima pesan.
Menulis sendiri bukan suatu hal yang asing bagi kita. Artikel, esai, laporan, resensi, karya sastra, buku, komik, dan cerita adalah contoh bentuk dan prodak bahasa tulis yang akrab dengan kehidupan kita. Tulisan-tulisan itu menyajikan secara runtut dan menarik ide, gagasan, dan perasaan penulis. Menulis sendiri mempunyai beberapa manfaat, bahkan banyak sekali manfaatnya yang dapat kita petik dari menulis misalnya, meningkatkan kecerdasan intelegtual atau emosional, pengembangan daya inisiatif dan kreatifitas, menumbuhkan keberanian, dan pendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.
Menurut Graves (1978), seseorang engan menulis karena tidak tahu untuk apa dia menulis, merasa tidak berbakat menulis, dan merasa tidak tahu bagaimana harus menulis. Ketidaksukaan tidak lepas dari pengaruh lingkungan keluarga dan masyarakat, serta pengalaman pembelajaran menulis atau mengarang di sekolah yang kurang motivasi dan merangsang minat.
Motivasi berati dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tidakan dengan tujuan tertentu. Sesuai dengan itu, berate motivasi dibagi menjadi dua macam, yaitu motivasi internal dan motivasi eksternal. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:930).
Motivasi internal adalah motivasi yang merupakan dorongan dari diri seseorang atau individu. Dalam konteks guru, misalnya, seorang guru menulis karya tulis yang dihasilkannya hanya demi mencurahkan ide, gagasan, atau aspirasinya kepada orang lain melalui karya tulisnya tersebut, dan bahkan mengetahui, mencoba memberikan tanggapan dan dapat mengambil manfaat dari yang telah di tulisnya. Sedangkan motivasi eksternal adalah motivasi yang merupakan dorongan dari luar diri seseorang atau individu. Selain demi mencurahkan ide, ada pula guru yang senang menulis karena ia lebih terdorong mencari pengalaman, serta hadiah lomba yang cukup mengiur.

Hanya kita perlu mengingat-ingat, bahwa menulis itu kan soal latihan. Artinya jika guru sering berlatihtentunya kualitas tulisan akan dengan sendirinya terbentuk. Karena dengan latihan, latihan, dan latihan kita menjadi terbiasa, setelah menjadi terbiasa kita akan menjadi bisa, setelah bisa kita tentunya akan menjadi luar biasa dan setelah luar biasa kita menulis akan menjadi biasa-biasa saja kita menulis.
Sebaliknya, jika kemampuan guru dalam menulis tidak pernah dilatih dan dibiasakan, bisa jadi guru akan cendrung kesulitan menuangkan ide-ide yang dimiliki dalam bentuk tulisan. Meskipun dirinya memiliki materi dan bahan yang cukup, tetapi karena jarang dilatih maka guru tidak akan bisa menulis karya ilmiah popular, artikel, maupun bahan ajar.
 Sudaryanto dalam bukunya mengemukakan beberapa cara guna mengatasi hal tersebut di atas, kiranya langkah-langkah berikut ini bisa dilakukan. Pertama, pemberian reward and punishment oleh pihak sekolah kepada guru yang suka menulis misalnya sebuah buku atau sertifikan dan tidak suka menulis. Kedua, membentuk forum atau kelompok studi para guru yang mencintai budaya literasi (membaca, menulis, dan berdiskusi). Ketiga, mengurangi jam mengajar guru, terutama bagi guru yang memiliki komitmen tinggi terhadap menulis. Keempat, mengundang para penulis, sesame guru untuk berbagi pengalaman menulisnya disekolah. Kelima, pengiriman guru-guru untuk belajar dilembaga pendidikan keterampilan (LPK), khususnya di bidang kepenulisan. Keenam. Peningkatan sarana dan prasarana (computer, buku-buku diperpustakaan, langganan Koran dan majalah) di sekolah.
Dengan langkah-langkah di atas, sekiranya seorang guru akan merasa terpanggil untuk menulis, karena menulis merupakan sati di antara bagian profesionalisme guru. Bahkan tidak sedikit orang memiliki karier, ia optimis dikarenkan dirinya rajin membaca dan menulis.
Masalah waktu. Aktivitas menulis, jujur kita akui membutuhkan waktu yang khusus. Adanya aturan bahwa guru mengajar sebanyak 24 jam per pecan sedikit banyak memengaruhi aktivitasnya, terutama menulis. Jika seorang guru sibuk mengajar di sekolah, kemudian harus meluangkan waktunya dirumah dan di masyarakatnya maka kapankah waktu dia untuk menulis?.
Guna mengatasi masalah itu, Sudaryanto dalam bukunya menyatakan para guru harus pintar-pintar mencari peluang. Misalnya sesering mungkin anda pergi ke perpustakaan untuk memperoleh bahan informasi, baik dari buku, Koran, atau pun majalah lainnya. Informasi itu perlu dicatat apabila menurut anda hal itu penting. Jika itu sudah, anda tinggal membuat kerangka tulisan, dan kemudian menguraikan sesuai kerangka yang anda buat, disini perlunya berpikir kreatif dan kecerdasan.
Sementara masalah waktu, perlu ditegaskan bahwa menulis itu merupakan proses yang panjang atau tidak sekali tempo. Seorang penulis bisa menyelesaikan tulisanya dua atau tiga hari bahkan lebih. Jadi sekalipun anda selaku guru sibuk mengajar di sekolah karena tuntutan jam mengajar, anda tetap dapat menulis, dengan disiasati seperti itu, kita pasti punya banyak waktu untuk menulis. Perlu banyak juga membaca buku tentang menulis kreatif untuk pengembangan diri. Buku karya Sudaryanto ini juga di lengkapi dengan hari-hari besar nasional dan alamat media massa untuk memudahkan para guru menulis dan mengirimkan tulisannya. Membaca buku karya Sudaryanto dengan judulnya “Guru Cerdas”.  Dapat menjadi inspirasi atau panduan dalam menulis apapun bentuknya. Buku itu juga merupakan Pengangan Wajib Guru Berprestasi.

       Penulis,

                                                         
                                                Staff pengajar SMP Bruder Pontianak,
                                      
                                               









OPINI


Di balik Siswa Hebat, Terdapat Guru yang Hebat
Oleh: Adelbertus, S.Pd.

“Bila melihat alumni dari suatu sekolah menjadi orang sukses dan hebat, hal tidak terlepas dari peran guru yang luar biasa. Itu sebabnya dibalik siswa yang hebat terdapat guru yang hebat juga”. Demikian disampaikan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan saat kunjungannya ke Yayasan Pendidikan Islam Diponegoro, Surakarta, Jawa Tengah, Kamis (26/02/2015). "Jadilah guru yang teladan. Saya yakin guru yang ada di sini adalah guru-guru yang hebat dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi siswa," kata Mendikbud.
Tugas guru sebagai suatu profesi, menuntut kepada guru untuk mengembangkan profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mendidik, mengajar, dan melatih anak didik adalah tugas guru sebagai suatu profesi. Tugas guru sebagai pendidik, meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup kepada anak didik. Tugas guru sebagai pengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada anak didik. Tugas guru sebagai pelatih berarti mengembangkan ketrampilan dan menerapakannya dalam kehidupan demi masa depan anak didik. Guru juga mempunyai kemampuan, keahlian atau sering disebut dengan kompetinsi profesional. Kompetensi profesional yang dimaksud tersebut adalah kemampuan guru untuk menguasai masalah akademik yang sangat berkaitan dengan pelaksanaan proses belajar mengajar, sehingga kompetensi ini mutlak dimiliki guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar.
            Guru dianggap memiliki peran yang sangat penting dan mulia di tengah masyarakat. Ungkapan bahwa guru adalah “pahlawan tanpa tanda jasa” mengekspresikan pentingnya peran tersebut. Guru dianggap seperti pahlawan yang menyelamatkan kehidupan banyak orang. Peran guru yang dipandang mulia oleh masyarakat juga tercermin dari akronim kata “guru” dalam bahasa jawa sebagai digugu lan ditiru. Kata “digugu” bearti hal-hal yang dikatakanyalayak dipercayai oleh orang lain dan “ditiru” bearti hal-hal yang dilakukannya layak dijadikan teladan.
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam melaksanakan pembelajaran bersama siswa. Keadaan tersebut kedudukan guru yang tidak dapat digantikan dengan media apapun, sehingga keberadaannya sebagai ujung tombak pembelajaran harus tetap ada. Beberapa fungsi guru sehubungan dengan tugasnya selaku pengajar adalah guru sebagai informator, organisator, motivator, pengarah, inisiator, transmiter, fasilitator dan mediator. Mutu pembelajaran merupakan kemampuan yang dimiliki oleh sekolah dalam penyelenggaraan pembelajaran secara efektif dan efisien, sehingga menghasilkan manfaat yang bernilai tinggi bagi pencapaian tujuan pengajaran yang telah ditentukan.
Komponen-komponen peningkatan mutu yang ikut andil dalam pelaksanannya adalah penampilan guru, penguasaan materi/kurikulum, penggunaan metode mengajar, pendayagunaan alat/fasilitas pendidikan, penyelengaraan pembelajaran dan evaluasi dan pelaksanaan kegiatan kurikuler dan ekstra-kurikuler. Permasalahan-permasalahan guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran berhubungan dengan masih adanya guru yang memiliki kualifikasi pendidikan kurang, sikap profesionalisme guru dalam melaksanakan tugas masih rendah, persiapan guru untuk melaksanakan pengajaran yang kurang mantap, masih sering terdapatnya rentang perolehan nilai siswa yang cukup jauh dalam setiap mata pelajaran, masih terdapatnya siswa yang memiliki nilai merah untuk mata pelajaran tertentu, kurangnya memanfaatkan media dan sumber belajar dan masih rendahnya sikap inovatif serta kreativitas mengajar guru. Untuk mencapai mutu pembelajaran terlebih dahulu guru harus membekali diri dengan sejumlah kompetensi dalam bidang pengajaran baik yang dilakukan oleh diri sendiri maupun bantuan kepala sekolah.
 Kegiatan pembekalan tersebut dilakukan secara kontinyu seiring dengan perkembangan dan tuntutan kebutuhan dunia pendidikan, sehingga pada akhirnya akan membentuk sikap lebih profesional dari guru itu sendiri. Agar kegiatan pembekalan lebih efektif langkah yang perlu dilakukan adalah dengan terlebih dahulu menganalisis permasalahan-permasalahan yang dihadapi guru serta kebutuhannya sehubungan dengan pelaksanaan tugas mengajar di sekolah.
Filosofi Ki Hajar Dewantara dalam era pendidikan baru saat ini tetap relevan dengan mengedepankan guru sebagai aktor paling hebat dalam proses belajar. (1) Tut wuri handayani.  artinya dari belakang memberikan dorongan dan arahan. Guru berperan sebagai pendorong atau motivator, selain itu berperan sebagai pengarah, pembimbing yang tidak dapat membiarkan anak didik melakukan hal yang tidak sesuai dengan tujuan proses belajar. Sebenarnya, peran guru sebagai mitra juga tersirat dalam asas tut wuri handayani, karena ketika guru menjalankan fungsi sebagai pembimbing dan pendorong maka guru tidak menempatkan dirinya pada hirerarki  teratas dalam proses belajar, guru bukan satu-satunya sumber belajar. (2) Ing madya mangun karsa, artinya ditengah menciptakan peluang untuk berprakarsa. Asas ini semakin memperkuat peran dan fungsi guru sebagai mitra dan fasilitator guna menciptakan peluang bagi peserta didik untuk berkarya sebagai tujuan dari proses belajar, karena pada prinsipnya belajar itu produktif. (3) Ing ngarsa sung tulada, artinya di depan memberi teladan. Asas ini menekankan peran guru sebagai teladan “guru di gugu”, dimodeli anak didiknya.  Para guru memahami betul bahwa modelling atau keteladanan merupakan cara yang ampuh dalam mengubah perilaku, selain pembiasaan dan disiplin.
Fakta ini menunjukkan bahwa diantara berbagai inputs yang menentukan mutu pendidikan (ini ditunjukkan dengan prestasi akademik anak didik) lebih dari sepertiganya ditentukan oleh peran guru. Betapa mulianya guru! Kita menyadari bahwa di tangan para guru, putra-putri terbaik bangsa ini dilahirkan untuk melakukan perubahan penting bagi kelangsungan hidup bangsa, saat ini maupun di masa akan datang. Namun, untuk memegang peran perubahan itu, guru haruslah melakukan perubahan terlebih dahulu dalam dirinya. Motivasi untuk berubah harus datang dari dalam diri guru itu sendiri. Dengan prinsip ”guru harus memberi (to share) terlebih dahulu agar ia dapat maju dan berkembang (to grow)”, maka guru tidak boleh menampilkan dirinya pada posisi pasif (penerima perubahan), akan tetapi harus pada posisi aktif (memberi dan berbagi untuk maju berkembang bersama). Jika menjadi guru merupakan pilihan pribadi, maka guru harus benar-benar hidup dengan pilihannya tersebut. Maka dia adalah guru hebat.
Para siswa tidak menguasai pelajaran bukan karena mereka tidak pintar, melainkan karena kurangnya motivasi dalam diri mereka untuk belajar. Tidak ada manusia yang dilahirkan di dunia dalam keadaan bodoh, namun bagaimana cara dunia memperlakukan merekalah yang membuat mereka terlihat bodoh. Thomas Alva Edison yang hiperaktif dan dianggap bodoh oleh gurunya ternyata mampu membuka mata dunia dengan penemuan bohlamnya, atau Isaac Newton, Albert Einstein, Ludwig Van Beethoven dan orang-orang terkenal lainnya yang dulunya dianggap “BODOH”.
Sayangnya banyak para guru yang kurang mengerti dengan potensi yang dimiliki oleh para anak didiknya sehingga tak jarang tindakan kurang terpuji akhirnya dilakukan seperti mengintimidasi, menghukum bahkan memukul, bahkan yang lebih ekstrim mengeluarkan sang anak dari sekolah. Butuh guru yang luar biasa untuk mengenali kemampuan murid-murid yang luar biasa.
Mari belajar memahami dan memberi inspirasi bagi murid-murid kita. Kita tidak akan pernah tahu jika salah satu dari mereka akan menjadi Thomas Alva Edison atau Albert Einstein berikutnya. Sedikit yang kita lakukan saat ini akan berdampak sangat besar di masa depan mereka. Sekarang, bila Anda seorang guru, Anda berada di bagian mana? Apakah Guru Mediocre, Guru Yang Baik, Guru Yang Hebat atau Guru Yang Luar Biasa? Ininya mari kita ciptakan sebanyak-banyaknya siswa/siswa yang hebat dan luar biasa.
Tugas guru adalah tugas yang mulia yang merupakan profesi yang paling sering menjadi cita-cita favorit masa kanak-kanak. Lewat tangan para gurulah tercipta para ilmuwan, ahli politik, hakim, dokter dan bahkan seorang presiden sekalipun. Dari seorang gurulah kita belajar dari hal yang tidak tahu menjadi tahu, belajar memahami dan berpetualang dalam pengetahuan. Seringkali guru menghadapi kendala dalam mengajarkan murid-muridnya, berbagai metode dicoba sebagai upaya untuk menyampaikan ilmu yang dimilikinya kepada para peserta didik. Namun seringkali, peserta didik semakin bingung sehingga akhirnya tidak mengerti yang berujung kepada kebosanan.
William Arthur Ward, seorang penulis berpengaruh dari Amerika berkata bahwa guru tingkat menengah hanya bercerita, guru yang baik menjelaskan, guru yang hebat mendemonstrasikan sementara guru yang luar biasa memberikan inspirasi. Memberikan inspirasi kepada anak didik, secara tidak langsung kita memberikan sayap kepada mereka untuk bisa terbang menggapai impiannya menjadi siswa-siswi yang hebat dan luar biasa dan yakinlah bahwa Anda akan mendapatkan tempat yang paling spesial di hatinya. 
Yang dibutuhkan seorang murid bukanlah hanya ilmu pengetahuan dari gurunya saja, namun yang lebih penting adalah kata-kata inspirasi dan motivasi yang mampu memicu mereka untuk menguasai ilmu pengetahuan tersebut. Mereka bisa belajar dari sumber manapun tentang pengetahuan tersebut, namun inspirasi tersebut jarang bisa ditemukan kecuali dari seorang guru yang luar biasa. Semoga. ***



                                                                                                            penulis,


                                                                                                Guru Bahasa dan Sastra Indonesia
                                                                                                SMP Bruder Pontianak




Senin, 27 Juli 2015

Upacara | Pembukaan Tahun Pelajaran 2015/2016

Upacara Bendera, dalam rangka pembukaan tahun pelajaran 2015/2016 dilaksanakan pada hari Senin, 27 Juli 2015 dimulai pada pukul 06.45 - selesai, yang diikuti oleh seluruh siswa kelas SMP Bruder Pontianak. Rangkaian kegiatan upacara dimulai dari pengibaran bendera merah putih, yang selanjutnya penyerahan siswa baru oleh orang tua kepada sekolah yang diwakili salah satu orang tua murid. Kemudian kepala sekolah melakukan pelantikan terhadap seluruh siswa kelas VII yang telah mengikuti seluruh rangkaian kegiatan MOS. Kemudian dilanjutkan dengan atraksi Drum Band Siswa/siswi SMP Bruder Pontianak,Seluruh rangkaian kegiatan upacara pembukaan tahun pelajaran 2015/2016 ditutup dengan pembagian kelas,
Berikut ini beberapa foto kegiatan Upacara | Pembukaan Tahun Pelajaran 2015/2016 :
























Pelepasan Guru Pensiun

Acara Pelepasan Guru SMP Bruder Pontianak yang telah memasuki masa purna bakti (pensiun) yaitu Ir. Darliyus berlangsung pada hari Sabtu, 2 ...