Selasa, 03 November 2015

Sekolah Sebagai Sebuah Komunitas



Oleh: Adelbertus, S.Pd.

Prof. Dr. Harsono dan M. Joko Susilo, M.Pd dalam buku yang berjudul “Pemberontakan Guru; Menuju Peningkatan Kualitas” memaparkan bagaimana sosok guru itu menjadi tokoh yang sangat urgen dalam dunia pendidikan. Bagaimana tidak, guru menjadi kunci utama dalam sebuah pendidikan. Guru menjadi sebuah ketergantungan bagi keberhasilan sebuah pendidikan. Pendidikan pada sebuah negara itu bisa maju jika didukung dengan tenaga pengajar atau guru yang berkualitas dan profesional. Sejarah telah membuktikan urgensi dan sentralitas guru dalam keberhasilan pendidikan.
Berdasarkan masalah tersebut, Kali ini penulis akan berbicara bagaimana peran guru dalam sekolah sebagai komunitas. Pernahkah kita dengar sekolah sebagai komunitas ?. bagaimana peran guru dalam sekolah sebagai komunitas ? sebelum masuk ke penjelasan lebih lanjut, mari kita ingat tugas guru sebagai profesi.
Tugas guru sebagai suatu profesi, menuntut kepada guru untuk mengembangkan profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mendidik, mengajar, dan melatih anak didik adalah tugas guru sebagai suatu profesi. Tugas guru sebagai pendidik, meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup kepada anak didik. Tugas guru sebagai pengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada anak didik. Tugas guru sebagai pelatih berarti mengembangkan ketrampilan dan menerapakannya dalam kehidupan demi masa depan anak didik. Guru juga mempunyai kemampuan, keahlian atau sering disebut dengan kompetinsi profesional. Kompetensi profesional yang dimaksud tersebut adalah kemampuan guru untuk menguasai masalah akademik yang sangat berkaitan dengan pelaksanaan proses belajar mengajar, sehingga kompetensi ini mutlak dimiliki guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar.
William Arthur Ward, seorang penulis berpengaruh dari Amerika berkata bahwa guru tingkat menengah hanya bercerita, guru yang baik menjelaskan, guru yang hebat mendemonstrasikan sementara guru yang luar biasa memberikan inspirasi. Memberikan inspirasi kepada anak didik, secara tidak langsung kita memberikan sayap kepada mereka untuk bisa terbang menggapai impiannya menjadi siswa-siswi yang hebat dan luar biasa dan yakinlah bahwa Anda akan mendapatkan tempat yang paling spesial di hatinya. 
Yang dibutuhkan seorang murid bukanlah hanya ilmu pengetahuan dari gurunya saja, namun yang lebih penting adalah kata-kata inspirasi dan motivasi yang mampu memicu mereka untuk menguasai ilmu pengetahuan tersebut. Mereka bisa belajar dari sumber manapun tentang pengetahuan tersebut, namun inspirasi tersebut jarang bisa ditemukan kecuali dari seorang guru yang luar biasa. Pertanyaannya adalah seperti apakah sosok guru yang berprestasi dan menginspirasi bagi siswa dan juga di masyarakat ?
            Terkait dengan masalah tersebut, Yayasan Pendidikan Sekolah Bruder  Pontianak  yang memiliki beberapa unit sekolah mulai dari TK, SD, SMP, dan SMA itu mengadakan kegiatan  retret bersama untuk meningkatkana etos kerja bagi para guru dan karyawan sekolah yang bertempat di Wisma Emaus Nyarumkop Singkawang. Kegiatan tersebut di bagi menjadi tiga gelombang.  Gelombang pertama yaitu SMP Bruder, TK, dan SD Bruder Dahlia Pontianak waktu kamis, 15-17 Oktober 2015. Kegiatan retret tersebut mengangkat tema “Sense of Belonging” Rasa memiliki. Dalam rertet tersebut materi dibawakan langsung oleh Romo DR. Vinsensius A Paolo Darmin Mbula OFM. Romo mengatakan Yang pertama yaitu berpusat pada pribadi Yesus itu sendiri. Kedua semua orang yang terlibat didalamnya memberikan kabar baik. Ketiga, supaya sekolah kita menjadi kabar baik bukan asal-asal kualitas dan keunggulan sekolah. Sekolah harus menjadi kabar baik bagi siswanya, orang tua, dan masyarakat. Keunggulan dan kualitas sekolah ditentukan oleh komitmen, yaitu kemampuan dan kemauan.
            Oleh karena itu supaya sekolah bisa menjadi kabar baik maka harus memiliki komimen yang kuat, memiliki kemampuan dan kemauan yang kuat. Ada sekolah yang mampu tetapi tidak mau, atau mau tetapi tidak mampu. Kalau seperti itu sama-sama tidak berjalan dengan baik, dan sekolah tidak bisa menjadi kabar baik. Sekolah bukan hanya tempat belajar mengajar peserta didik. Selanjutnya akan dijelaskan bagaimana sekolah menjadi sebuah komunitas.
            Para guru harus memiliki hati yang berkobar-kobar, membentuk manusia seutuhnya, dan kalau kita lihat realita sekarang ini sekolah hanya memperhatikan kualitas otaknya saja. Faktanya yang pintar akan membanggakan dirinyaa sendiri, merasa dirinya hebat, sombong, dan sikapnya kepada guru pun kurang baik, dan sebaliknya yang kurang juga merasa dirinya tidak mampu, tidak percaya diri, minder, susah untuk bersosialisasi. Peran pendidikan dalam hal ini seharusnya adalah membentuk manusia seutuhnya. Menjadi sekolah yang berkomitmen, utuh, unggul, dan  berkualitas.
            Bagaimana sekolah menjadi sebuah komunitas? Dan apa kaitannya sekolah yang berkomitmen dengan sekolah menjadi sebuah komunitas?. Sekolah adalah sebuah komunitas tempat orang belajar kehidupan. Sekoah benar-benar sebuah komunitas yang membentuk manusia atau para peseta didik, guru, dan karyawan sekolah untuk benar-benar belajar tentang kehidupan yang seutuhnya. Dengan demkian sekolah akan menjadi kabar baik bagi semua orang terutama bagi peserta didik dan warga sekolah.  Komunitas dan sekolah yang baik dan unggul adalah sekolah yang menghasilkan manusia yang berbudaya cinta kasih. Karena sesungguhnya sekolah itu adalah cinta kasih. Di dalamnya terdapat manusia yang tumbuh dan berkembang dengan kasih.
            Terkait dengan sekolah sebagai sebuah komunitas, timbul sebuah pertanyaan sudah adakah sekarang ini sekolah yang menjadi sebuah komunitas tempat belajar kehidupan yang seutuhnya?. Menjadikan sekolah sebagai sebuah komunitas, ada beberapa tantangan yang sampai saat ini menjadi hal yang sangat sulit untuk ditumbuhkembangkan, yaitu pertama adalah identitas sekolah itu sendiri, khususnya sekolah-sekolah katolik di seluru dunia. Hal ini terkait dengan jati diri sekolah itu sendiri, dikatakan bahwa sekolah katolik semakin kabur.
Kedua adalah dialog, kurangnya komunikasi yang baik antar warga sekolah. Sikap yang membeda-bedakan status, sikap ketidak terbukaan satu sama lain. Egoisme dan kecemburuan sosial, semua ini yang membuat sekolah sulit untuk menjadi sebuah komunitas kehidupan. Ketiga yaitu, masyarakat pembelajar.  Sekolah sebagai masyarakat pembelajar yaitu belajar untuk mengetahui, belajar untuk terus menerus menjadi orang yang baik, tidak pernah putus asa, menjadi orang yang terdidik. Menjadikan sebuah sekolah seperti sebuah masyarakat untuk benar-nebar belajar. Karena di sebuah keluarga biasanya anak sulit untuk mendapatkan pendidikan yang seutuhnya, dikarenakan anak tersebut mungkin mendapat tekanan dari orang tua, ada masalah keluarga dan lainnya.
 Keempat yaitu, tantangan pendidikan integral. Kelima, tantangan sumber sarana dan sumber yang terbatas. Keenam, tantangan pastoral., ketujuh, tantangan pembinaan iman bagi orang muda. Kedelapan, tantangan khusus bagi masyarakat multiagama dan multi budaya. Kesembilan, tantangan pelatihan seumur hidup bagi para guru. Kesepuluh, tantangan tempat dan sumberdaya untuk pelatihan para guru. Kesebelas, tantangan hukum dan pelaksanaan.
“The best teacher” mengajar dari hati bukan dari buku. Apa maksud pernyataan tersebut?. Guru yang baik adalah guru yang mengajar dari pengalaman dan pemahaman yang dimiliki oleh guru itu sendiri, bukan karena ada di buku. Guru menyampaikan hasil pemahannya dari membaca buku pelajaran tersebut. Buku sumber pengetahuan yang kita abaca, yang kita dapatkan dari buku itulah yang di sharingkan kepada siswa. Hal ini juga menjadi tantangan untuk menjadi sekolah sebagai sebuah komunitas. 
Oleh karena itu ruang kelas menjadi ruang bahasa, bahasa kasih yang hidup. Bahasa kasih dalam ruang kelas adalah sebagai persaudaraan, sebagai komunitas. Ruang kelas bukan ruang kekerasan atau ruang penjaara.  Maka sekolah itu adalah sekolah kehidupan, bukan kematian (kesombongan., kecurangan, iri hati, kekerasan, kemalasan,).
Yang terakhir dalam tulisan ini yaitu mengigatkan para guru  bahwa pelayanan guru merupakan tugas profesi, maka pertama pelayanan guru itu kabar baik. Kedua, pelayanan guru itu juru selamat umat manusia. Ketiga, pelayanan guru itu berkat bagi umat manusia. Keempat, pelayanan guru itu bertindak atas nama Allah demi kemanussiaan. Semoga.****





Penulis,


Guru Bahasa dan Sastra Indonesia
SMP Bruder Pontianak.


Apa Pun Kurikulumnya, Guru Tetap Berprestasi dan Menginspirasi


Oleh: Adelbertus, S.Pd.

Dalam sebuah pendidikan, ada beberapa faktor yang sangat menunjang akan keberhasilan pendidikan. Pendidikan yang berhasil adalah manakala pendidikan itu mampu mengentaskan dan membebaskan para peserta didiknya dari belenggu kebodohan. Salah satu faktor dan elemen penting guna menunjang keberhasilan cita-cita pendidikan tersebut adalah peran guru yang berkualitas. Guru yang berkualitas dan profesional adalah guru yang berhasil membebaskan para peserta didiknya dari belenggu kebodohan. Oleh karenanya, guru menjadi sosok sentral dalam dunia pendidikan.
Prof. Dr. Harsono dan M. Joko Susilo, M.Pd dalam buku yang berjudul “Pemberontakan Guru; Menuju Peningkatan Kualitas” memaparkan bagaimana sosok guru itu menjadi tokoh yang sangat urgen dalam dunia pendidikan. Bagaimana tidak, guru menjadi kunci utama dalam sebuah pendidikan. Guru menjadi sebuah ketergantungan bagi keberhasilan sebuah pendidikan. Pendidikan pada sebuah negara itu bisa maju jika didukung dengan tenaga pengajar atau guru yang berkualitas dan profesional. Sejarah telah membuktikan urgensi dan sentralitas guru dalam keberhasilan pendidikan.
Tugas guru sebagai suatu profesi, menuntut kepada guru untuk mengembangkan profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mendidik, mengajar, dan melatih anak didik adalah tugas guru sebagai suatu profesi. Tugas guru sebagai pendidik, meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup kepada anak didik. Tugas guru sebagai pengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada anak didik. Tugas guru sebagai pelatih berarti mengembangkan ketrampilan dan menerapakannya dalam kehidupan demi masa depan anak didik. Guru juga mempunyai kemampuan, keahlian atau sering disebut dengan kompetinsi profesional. Kompetensi profesional yang dimaksud tersebut adalah kemampuan guru untuk menguasai masalah akademik yang sangat berkaitan dengan pelaksanaan proses belajar mengajar, sehingga kompetensi ini mutlak dimiliki guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar.
William Arthur Ward, seorang penulis berpengaruh dari Amerika berkata bahwa guru tingkat menengah hanya bercerita, guru yang baik menjelaskan, guru yang hebat mendemonstrasikan sementara guru yang luar biasa memberikan inspirasi. Memberikan inspirasi kepada anak didik, secara tidak langsung kita memberikan sayap kepada mereka untuk bisa terbang menggapai impiannya menjadi siswa-siswi yang hebat dan luar biasa dan yakinlah bahwa Anda akan mendapatkan tempat yang paling spesial di hatinya. 
Yang dibutuhkan seorang murid bukanlah hanya ilmu pengetahuan dari gurunya saja, namun yang lebih penting adalah kata-kata inspirasi dan motivasi yang mampu memicu mereka untuk menguasai ilmu pengetahuan tersebut. Mereka bisa belajar dari sumber manapun tentang pengetahuan tersebut, namun inspirasi tersebut jarang bisa ditemukan kecuali dari seorang guru yang luar biasa. Pertanyaannya adalah seperti apakah sosok guru yang berprestasi dan menginspirasi bagi siswa dan juga di masyarakat ?
Pertama,   Guru Sebagai Model dan Teladan. Guru merupakan model atau teladan bagi para peserta didik dan semua orang yang menganggap dia sebagai guru. Terdapat kecenderungan yang besar untuk menganggap bahwa peran ini tidak mudah untuk ditentang, apalagi ditolak. Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang disekitar lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru: sikap dasar, bicara dan gaya bicara, kebiasaan bekerja, sikap melalui pengalaman dan kesalahan, pakaian, hubungan kemanusiaan, proses berfikir, perilaku neurotis, selera, keputusan, kesehatan, gaya hidup secara umum.
Perilaku guru sangat mempengaruhi peserta didik, tetapi peserta didik harus berani mengembangkan gaya hidup pribadinya sendiri.
Guru yang baik adalah yang menyadari kesenjangan antara apa yang diinginkan dengan apa yang ada pada dirinya, kemudian menyadari kesalahan ketika memang bersalah. Kesalahan harus diikuti dengan sikap merasa dan berusaha untuk tidak mengulanginya.
Kedua, Guru  Sebagai Anggota Masyarakat. Peranan guru sebagai komunikator pembangunan masyarakat. Seorang guru diharapkan dapat berperan aktif dalam pembangunan disegala bidang yang sedang dilakukan. Ia dapatmengembangkan kemampuannya pada bidang-bidang dikuasainya. Guru perlu juga memiliki kemampuan untuk berbaur dengan masyarakat melalui kemampuannya, antara lain melalui kegiatan olah raga, keagamaan dan kepemudaan. Keluwesan bergaul harus dimiliki, sebab kalau tidak pergaulannya akan menjadi kaku dan berakibat yang bersangkutan kurang bisa diterima oleh masyarakat.
Ketiga,  Guru sebagai administrator. Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga sebagai administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran. Guru akan dihadapkan pada berbagai tugas administrasi di sekolah. Oleh karena itu seorang guru dituntut bekerja secara administrasi teratur. Segala pelaksanaan dalam kaitannya proses belajar mengajar perlu diadministrasikan secara baik. Sebab administrasi yang dikerjakan seperti membuat rencana mengajar, mencatat hasil belajar dan sebagainya merupakan dokumen yang berharga bahwa ia telah melaksanakan tugasnya dengan baik.
Keempat, Guru Sebagai Penasehat. Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik juga bagi orang tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati orang.
Peserta didik senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat keputusan dan dalam prosesnya akan lari kepada gurunya. Agar guru dapat menyadari perannya sebagai orang kepercayaan dan penasihat secara lebih mendalam, ia harus memahami psikologi kepribadian dan ilmu kesehatan mental.
Kelimat, Guru Sebagai Pembaharu (Inovator). Guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam kehidupan yang bermakna bagi peserta didik. Dalam hal ini, terdapat jurang yang dalam dan luas antara generasi yang satu dengan yang lain, demikian halnya pengalaman orang tua memiliki arti lebih banyak daripada nenek kita. Seorang peserta didik yang belajar sekarang, secara psikologis berada jauh dari pengalaman manusia yang harus dipahami, dicerna dan diwujudkan dalam pendidikan.
Tugas guru adalah menerjemahkan kebijakan dan pengalaman yang berharga ini kedalam istilah atau bahasa moderen yang akan diterima oleh peserta didik. Sebagai jembatan antara generasi tua dan genearasi muda, yang juga penerjemah pengalaman, guru harus menjadi pribadi yang terdidik.
Keenam,   Guru Sebagai Pendorong Kreatifitas. Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran dan guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan menunjukkan proses kreatifitas tersebut. Kreatifitas merupakan sesuatu yang bersifat universal dan merupakan cirri aspek dunia kehidupan di sekitar kita. Kreativitas ditandai oleh adanya kegiatan menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan tidak dilakukan oleh seseorang atau adanya kecenderungan untuk menciptakan sesuatu.
Akibat dari fungsi ini, guru senantiasa berusaha untuk menemukan cara yang lebih baik dalam melayani peserta didik, sehingga peserta didik akan menilaianya bahwa ia memang kreatif dan tidak melakukan sesuatu secara rutin saja. Kreativitas menunjukkan bahwa apa yang akan dikerjakan oleh guru sekarang lebih baik dari yang telah dikerjakan sebelumnya.
Ketujuh, Guru Sebagai Emansipator. Dengan kecerdikannya, guru mampu memahami potensi peserta didik, menghormati setiap insan dan menyadari bahwa kebanyakan insan merupakan “budak” stagnasi kebudayaan. Guru mengetahui bahwa pengalaman, pengakuan dan dorongan seringkali membebaskan peserta didik dari “self image” yang tidak menyenangkan, kebodohan dan dari perasaan tertolak dan rendah diri. Guru telah melaksanakan peran sebagai emansipator ketika peserta didik yang dicampakkan secara moril dan mengalami berbagai kesulitan dibangkitkan kembali menjadi pribadi yang percaya diri.
Kedelapan, Guru Sebagai Evaluator. Evaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang paling kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta variable lain yang mempunyai arti apabila berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin dapat dipisahkan dengan setiap segi penilaian. Teknik apapun yang dipilih, dalam penilaian harus dilakukan dengan prosedur yang jelas, yang meliputi tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut.
Kesembilan, Guru Sebagai Kulminator. Guru adalah orang yang mengarahkan proses belajar secara bertahap dari awal hingga akhir (kulminasi). Dengan rancangannya peserta didik akan melewati tahap kulminasi, suatu tahap yang memungkinkan setiap peserta didik bisa mengetahui kemajuan belajarnya. Di sini peran kulminator terpadu dengan peran sebagai evaluator.
Guru sejatinya adalah seorang pribadi yang harus serba bisa dan serba tahu. Serta mampu mentransferkan kebisaan dan pengetahuan pada muridnya dengan cara yang sesuai dengan perkembangan dan potensi anak didik.
Begitu banyak peran yang harus diemban oleh seorang guru. Peran yang begitu berat dipikul di pundak guru hendaknya tidak menjadikan calon guru mundur dari tugas mulia tersebut. Peran-peran tersebut harus menjadi tantangan dan motivasi bagi guru dan calon guru. Dia harus menyadari bahwa di masyarakat harus ada yang menjalani peran guru. Bila tidak, maka suatu masyarakat tidak akan terbangun dengan utuh. Penuh ketimpangan dan akhirnya masyarakat tersebut bergerak menuju kehancuran. Semoga. ***




Penulis,


                                                                                                Guru Bahasa dan Sastra Indonesia
                                                                                                SMP Bruder Pontianak




Pelepasan Guru Pensiun

Acara Pelepasan Guru SMP Bruder Pontianak yang telah memasuki masa purna bakti (pensiun) yaitu Ir. Darliyus berlangsung pada hari Sabtu, 2 ...